2.
Untuk mengetahui perbedaan pada percobaan proses osmosis pada kentang, yaitu
antara larutan gula, larutan kapur,
dan larutan garam.
LANDASAN
TEORI
Fungsi membranesl adalah sebagai
pengatur keluar masuknya zat kedalam sel. Osmosis adalah perpindahan
molekul-molekul air (zatpelarut) dari konsentrasi rendah (hipotonis) menuju
larutan dengan konsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran semi permiabel.
Contoh dalamproses osmosis diantaranya
adalah kentang. Kentang merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk
praktikum terjadinya osmosis.Selain itu kita bias mengetahui bagaimana setelah
melaluiproses osmosis,kentang itu akan mengalami perubahan. Seperti
contohnya dapat menjadi lembek, lebih lembek, dan keras.Berarti kandungan zat
di dalam pelarut seperti gula, garam, dan kapur berbeda-beda, sehingga bisa
merubah tekstur kentang tersebut.
Waktu
dan tempat
Praktikum
biologi tentang proses osmosis pada kentang yang larutannya berbeda-beda, yang
dilaksanakan pada tanggal16 agustus
2012, pukul14.30 s/d 17 agustus, pukul
14.30. Bertempat di laboratorium biologi SMA N 1 Bangli
PROSES
OSMOSIS PADA KENTANG
Alat-alat dan fungsinya
1.Gelas Ukur: untuk mengukurdan
menampung air
2.Pisau:
untuk memotong kentang
3.Penggaris: untuk mengukur panjang,lebar,dan tinggi kentang
4.Sendok: untuk mengaduk larutan dan
mengukur banyaknya gula,garam,dan kapur yang dimasukkan
Bahan-bahan
dan Fungsinya
1.kentang: sebagai bahan yang diamati untuk proses osmosis
2.Larutan gula: sebagai larutan perendam kentang
3.larutan garam: sebagai larutan perendam kentang
4.Larutan Kapur: sebagai larutan perendam kentang
Langkah-langkah
kerja
1.pembuatan larutan
-larutan gula: campurkan 2 sendok makan gula dengan air
sebanyak 60 ml liter
-Larutan garam : campurkan 2 sendok makan garam dengan air sebanyak 60
ml liter
-Larutan kapur: campurkan 2
sendok makan kapur dengan air sebanyak 60 ml liter
2. Kupas kentang lalu potong bentuk balok, sebanyak
3 buah
3. ukur
masing-masing tinggi,lebar dan panjang kentang yang telah dipotong membentuk
balok dan catat pada tabel
4. Masukkan masing-masing
potongan kentang yang telah di ukur kedalam larutan gula,garam,dan kapur.
5.Setelah 25jam amati potongan kentang tersebut lalu keluarkan dari rendaman.
6. Tiriskan dan lalu ukur kembali.
Tabel Hasil
Pengamatan
KENTANG
SEBELUM PERENDAMAN
SESUDAH PERENDAMAN
KETERANGAN
LARUTAN GULA
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR: 1.9
cm
TINGGI: 1
cm
PANJANG: 2.8 cm
LEBAR: 1.8
cm
TINGGI: 9
mm
Di bagian dalam kentang lebih keras dari pada di bagian
sisi
LARUTAN GARAM
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR: 1.9
cm
TINGGI: 1
cm
PANJANG: 3 cm
LEBAR: 1.9
cm
TINGGI: 1.1
cm
Di bagian luar maupun di bagian dalam kentang sama
lembek
LARUTAN KAPUR
PANJANG: 2.5 cm
LEBAR: 1.9
cm
TINGGI: 1
cm
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR: 2.1
cm
TINGGI: 1.2
cm
Di bagian luar maupun di bagian dalam kentang sama
keras
PEMBAHASAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan, potongan kentangmengalami perubahan,diantaranya mengalami perubahan tekstur,
ukuran, dan warna, Hal ini terjadi karena larutan baik larutan gula, garam, dan
kapur bersifat hipotonis maupun hipertonis terhadap kentang.
§Kentang
yang direndam ke dalam larutan gula.
Yang
terjadi pada potongankentang setelah
dimasukkan ke dalam larutan gula yaitu mengalami perubahan tekstur, ukuran dan
warna. Tekstur kentang yang semula keras menjadi lembek, namun di bagian dalam kentang
masih keras dan hanya di bagian sisinya yang melembek.
Ukuran
kentang yang semula memiliki panjang 2,9 cm, lebar 1,9 cm, dan tinggi 1 cm
setelah direndam ke dalam larutan gula, mengalami perubahan ukuran yang
menyebabkan ukuran kentang menjadi berkurang sehingga panjang kentang menjadi
2,8 cm, lebar 1,8 cm, dan tinggi 9 mm, serta kentangmengalami perubahan warna. Sebelum kentang di
masukan ke dalam larutan gula, kentang berwarna kuning namun setelah kentang dimasukan
ke dalam larutan gula, kentang berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Hal ini
terjadi karena larutan gula bersifat hipertonis terhadap kentang.
§Kentang
yang dimasukan ke dalam larutan garam.
Kentang
yang dimasukkan kedalam larutan garam mengalami perubahan ukuran dan tekstur.
Tekstur awal kentang sebelum dimasukkan ke dalam larutan garam yaitu keras,
setelah kentang dimasukkan ke dalam larutan garam kentang menjadi lembek dan
lentur.
Ukuran
kentang yang semula memiliki panjang 2,9 cm, lebar 1,9 cm, dan tinggi 1 cm
setelah dimasukan ke dalam larutan garam ukuran kentang menjadi panjang 3 cm,
lebar 1,9 cm dan tinggi 1,1 cm. Warnakentang sebelum dan sesudah dimasukan kedalam larutan garamtidak mengalami perubahan warna (tetap
berwarna kuning), hal ini disebabkan karena larutan gula bersifat hipertonis
terhadapkentang.
§Kentang
yang dimasukan ke dalam larutan kapur.
Kentang
yang dimasukan ke dalam larutan kapur mengalami perubahan ukuran dan tekstur.
Sedangkan warna kentang sebelum maupun sesudah direndam ke dalam larutan kapur
tidak mengalami perubahan (tetap berwarna kuning).
Ukuran
awal kentang sebelum direndam ke dalam larutan kapur memiliki panjang 2,5 cm,
lebar 1,9 cm, dan tingggi 1 cm setelah kentang di masukan ke dalam larutan
kapur, kentang mengalami penambahan ukuran yaitu dengan panjang 2,9 cm, lebar
2,1 cm,dan tinggi 1,2 cm.
Selain itu
tekstur kentang yang semula kerasdimasukan ke dalam larutan kapur, kentang menjadi lebih keras dan padat.
Tekstur kentang yang mengeras serta
ukuran kentang yang bertambah disebabkan karena larutan kapur bersifat
hipertonis terhadapkentang, sehingga
kentang menjadi lebih keras dan ukurannya pun bertambah.
Kesimpulan
Osmosis merupakan suatu
topik yang penting dalambiologikarena fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luarsel. selain itu kesimpulan yang kami dapat
dari praktikum tersebut adalah perubahan tekstur pada setiap potongan kentang
yang telah terendam pada setiap larutan yang berbeda-beda.
Øcerita
rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah
yang dimiliki masing-masing bangsa atau cerita yang berkembang di dalam
kehidupan masyarakat yang di sampaikan secara turun- temurum, sesuatu yang
telah mentradisi.
vCiri-ciri
cerita rakyat
1.Bersifat
anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
2.Bersifat
komunal, artinya cerita rakyat masyarakat secara kolektif.
3.Berkembang dari
mulut ke mulut.
vUnsur intrinsik cerita rakyat meliputi :
1.Tema
2.Tokoh
3.Penokohan
(watak)
4.Alur
5.Latar
6.Sudut pandang
7.Amanat
Tema adalah persoalan utama yang diungkapkan oleh
pembuat cerita didalam sebuah karya tulis, novel, cerpen, puisi. tema biasa
didapat dari suatu keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari suatu objek
peristiwa kejadian atau lainnya.
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya
sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.
Tokoh utama ialah tokoh yangsangat
penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah
tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
Alur cerita adalah bagaimana kejadian-kejadian
dirangkai (biasanya berdasarkan sebab akibat) mulai dari titik awal menanjak
terus sampai titik klimaks untuk kemudian menurun dan mencapai resolusi atau
penyelesaian.
Latar (seting) adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan)
suatu ceritera terjadi. Yang harus diperhatikan dalam latar adalah tidak hanya
segi fisik dari latar itu.
Sudut pandang adalah cara
pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang
memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan
pengarang dalam bercerita. a. Sudut pandang orang pertama,
sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini
pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata
ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik
berat cerita. c. Sudut pandang pengamat serba tahu,
Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang
dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. d. Sudut pandang campuran, (sudut
pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan
sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke
orang pertama.
Amanat merupakan pesan dalam dongeng atau cerita yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Pesan biasanya berisi contoh nasihat atau
perbuatan-perbuatan bijak.
Penokohan atau perwatakanadalah pelukisan tokoh cerita, baik
keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan
hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya.
Legenda Pura Kehen
Tersebut bahwa Bhatara Subali bersaudara dengan Dalem Bhatara Sekar
Angsana, Bhatara Subali berasrama di Tolangkir. Bhatara Sekar Angsana berasrama
di Pura Dasar Gelgel, Ada lagi saudaranya, bernama Sang Hyang Aji Rembat
(penawing) berasrama di Kentelgumi, Sang Hyang Aji Rembat berputra Ida Mas
Kuning berasrama di Guliang, berasrama di bukit Pangelengan.
Tersebut seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara
Subali di Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai
Melangit. Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat
pada-batu padas hingga keluar air yang jernih mengalir.
Bersama dengan keluarnya air itu, muncul pula seorang wanita. Sang Pandia
Wawu Rawuh menanyai wanita itu, dan memberi nama Ni Dewi Njung Asti. Air
itu diberi nama Tirta Harum. Ni Dewi Njung Asti disuruh menunggui air
itu dan Sang Pandia Wawu Rawuh kembali pulang.
Bau harum itu sampai ke udara. Tercium oleh Hyang Wisnu dan segera
bercengkrama di Tirta Harum. Di sana di sebuah gua tampak oleh Bhatara Wisnu
seorang gadis, tetapi sang gadis tidak melihat. Bhatara Wisnu mandi dan keluar
air mani, karena tak tahan melihat gadis itu. Bhatara Wisnu kembali ke
Wisnuloka.
Ni Dewi Njung Asti keluar dari gua, melihat air mani Bhatara Wisnu di atas
batu, lalu diambil dan dimakannya. Dewi Njung Asti, akhirnya hamil .
Dalam keadaan hamil Ni Dewi Njung Asti berkunjung pula Hyang Wisnu, serta
bertanya asal usul dirinya. Setelah diceriterakan dengan jelas, maka Ni Dewi
Njung Asti, diajak ke Wisnu Bhuana.
Bhatara Subali memaklumi air suci (Tirta Harum)itu. Disuruhnya Sang Hyang Aji
Rembat menjaganya dan membersihkan pancuran setiap hari. Bhatara Subali membuat
telaga meniru di Majapahit, maka diberi nama Taman Bali.
Lama kelamaan mereka masing- masing mempunyai putra, Sang Hyang Aji
Jayarembat berputra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning berputra dua orang, Ida
Tapadhana
dan Ida Nagapuspa. Bhatara Dalem Sekar Angsana berputra Ni Dewi Ayu Mas.
Bhatara Subali memohon kepada Hyang Wisnu. Permohonannya terkabul, yaitu
putra yang lahir dari Dewi Njung Asti bernama Sang Gangga Tirta. Anak itu
dibawa oleh Bhatara Subali ke Tirta Harum. Bhatara Subali kembali ke Tolangkir
.
Keesokan harinya, Sang Hyang Aji Jayarembat mendapatkan bayi itu pada
pancuran di Tirta Harum. Segera datang Bhatara Subali menegaskan bahwa anak itu
adalah putranya yang diperoleh dari Bhatara Wisnu.
Berkat Restu Bhatara Subali, anak itu diasuh oleh Sang Aji Rembat, semula
bernama Sang Angga Tirta lalu diganti dengan nama Sang Anom, dalam waktu
singkat, anak tersebut sangat rupawan dan telah remaja putra, kemudian pindah ke
Rewataka Singasara.
Tersebut bahwa Ni Dewi Ayu Mas di Gelgel sakit keras, Dipindahkan ke Taman
Bali . Diobati oleh Sang Hyang Aji Jayarembat. Dalam waktu singkat telah
sembuh. Diajak kembali ke Gelgel, kemudian penyakitnya kambuh lagi. Demikian
berulang-ulang akhirnya tinggal di Taman Bali sampai dewasa.
Terjalinlah hubungan antara Sang Anom dengan Dewi Ayu Mas hingga hamil,
Dalem Sekar Angsana amat marah, dan memerintahkan untuk membunuh Sang Anom, dan
Sang Hyang Aji. Rembat agar diantarkan ke Gelgel, Namun Dalem mengirim utusan
rahasia untuk menyuruh Sang Anom menyingkir , Maka Sang Anom tiba di Tianyar
luput dari serangan musuh.
Lama kelamaan Sang Anom melawat ke desanya kembali, sambil memikat burung
di tengah hutan Jarak Bang. Sang Anom bertanya dijawab dengan kelakar
berkali-kali. Sang Anom marah dan mengutuk tempat itu agar bernama Bangli,
orang-orang dusun itu melaporkan ke Gelgel. Dalem memerintahkan untuk menangkap
pemuda tersebut dan diantarkan ke istana Gelgel.
Sang Anom tertangkap dan diantar ke Gelgel. Mereka yang melihat pada
bersedih menyaksikannya. Setelah tiba di Gelgel, Dalem memerintahkan untuk
menangkap Sang Hyang Aji Jayarembat, dalam waktu singkat telah berhasil
diserahkan kepada Dalem.
Bhatara Subali dari Tolangkir menghadap ke Gelgel melarang Dalem untuk
membunuhnya serta menceriterakan riwayat kelahiran Sang Anom dan meminta agar
Sang Anom bersuami istri dengan Dewi Ayu Mas serta kembali ke Taman Bali. Dalem
dapat menyetujui dan kemudian sangat menyayangi sebagai menantu.
Restu Bhatara Subali kepada Sang Anom sebagai cikal- bakal Ksatria Taman
Bali lahir dari Tirta Harum.
Juga upacara dan upakara pembakaran jenasah sesuai dengan seorang Ksatria.
Tidak boleh lupa turun- temurun agar nyawi ke Tirta Harum.
Sang Anom dan Ni Dewi Ayu Mas sedang hamil berada di Taman Bali, Sang Anom
meninggalkan istrinya untuk bertapa, dengan pesan bila lahir anaknya nanti agar
diberi nama I Dewa Garba Jata. Dan disediakan sebilah keris yang bernama Ki
Lobar untuk senjatanya di kemudian hari, bila Dalem meminta jangan diberikan.
Pada saatnya I Dewa Garba Jata pun lahir. Setelah dewasa menanyakan perihal
ayahnya. Sang ibu menceriterakan tengah bersemadi di hutan Dawa, serta
ciri-cirinya yang khas, Kemudian I Dewa Garba Java menjumpai ayahnya, tetapi
tidak berkenan kembali pulang, Putranya disuruh kembali dan menjadi raja di
Taman Bali. Dan tetap nyawi ke Tirta Harum serta Ki Lobar. Sang Anom pun wafat,
I Dewa Garba Jata kembali ke Taman Bali dan menceriterakan semuanya kepada ibunya.
Dalem amat cinta kepada I Dewa Garba Jata dan menganugrahkan seorang putri
beliau untuk menjadi istrinya. Langsung upacara wiwaha menurut tata cara
Ksatria.
I Dewa Garba Jata memperoleh seorang putra bernama Cokorda Den Bancingah,
Setelah dewasa beristri putri Kyayi Jambe Pule. Melahirkan putra bernama
Cokorda Pemecutan, Cokorda Pamecutan berputra I Dewa Gde Den Bancingah. I Dewa
Gde Den Bancingah berputra I Dewa Kanea Den Bancingah. I Dewa Kanea Den
Bancingah berputra I Dewa Gede Tangkeban. I Dewa Gede Tangkeban banyak
putranya:
I Dewa
Pering
I Dewa
Pindi
I Dewa
Prasi
I Dewa
Kaler
I Dewa
Batan Wani
I Dewa
Pulesari
I Dewa
Mundung
I Dewi
Kliki
I Dewa Gde
Anom Teka
Tak
tercatat yang wanita.
Perpindahan putra-putra I Dewa Gede Tangkeban
I Dewa
Pering ke Brasika (Nyalian)
I Dewa
Prasi ke Gaga
I Dewa
Pindi ke Telagasura
I Dewa
Kaler tetap di Taman Bali.
Keris pusaka Ki Lobar dimohon oleh I Dewa Gde Pering kepada I Dewa Gde
Tangkeban di Taman Bali. Keris dibawa ke Desa Nyalian.
Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan
Arya Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh
raja Bangli. Namun gagal, Kemudian raja Bangli mengutus kembali dua pesakitan
itu untuk membunuh raja Taman Bali dengan janji bila berhasil diberikan hadiah
kekuasaan di daerah itu, Pesakitan itu berusaha membunuh I Dewa Taman. Bali,
namun pesakitan itu dapat dibunuhnya. I Dewa Taman Bali hanya menderita luka
berat dan lama belum pulih.
Sedang dalam penderitaan luka parah, istri I Dewa Taman Bali digauli oleh
putranya sendiri yang bernama I Dewa Kaler. I Dewa Kaler diusir dari Taman Bali
kemudian bernama Pungakan Kedisan karena dalam perjalanannya disambar burung
gagak, juga disebut Pungakan Don Yeh karena waktu berangkatnya mengarungi hujan
lebat dan banjir.
Setelah raja Taman Bali wafat, diganti oleh putranya bernama I Dewa Anom
Teka hendak menuntut bela atas wafat ayahnya yang direncanakan oleh Anglurah
Paraupan di Bangli. Hal itu didukung oleh sanak keluarga dan pejabat- pejabat bawahannya.
Segera mereka menyerang Bangli di bawah pimpinan I Dewa Anom Teka.
Terjadi peperangan sengit antara Taman Bali dengan Bangli yang dipimpin
oleh Kyayi Paraupan dan putranya Kyayi Anglurah Dawuh Bahingin. Kyayi
(Pamamoran) tewas, Kyayi Dawuh Bahingin tewas pula. Kyayi Paraupan tampil
sebagai pimpinan perang. Beliau pun gugur pula. Akhirnya Bangli mengalami
kekalahan.
Setelah Bangli kalah para putra Taman Bali beralih tempat. I Dewa Gede
Perasi di Bangli, I Dewa Gede Pindi di Gaga.
Di Taman Bali bertahta I Dewa Anom Teka menggantikan ayahnya. Berdiri tiga
kerajaan, Bangli, Taman Bali, Nyalian.
I Dewa Gde Prasi Raja Bangli, mempunyai seorang putri bernama I Dewa Ayu
Den Bancingah. Tanpa keturunan.
I Dewa Kanea (ipar Dalem Linggarsapura) amat disayang oleh Dalem, diberi
pangkat Kanea, diam di Utara Bancingah bergelar I Dewa Kanea Den Bancingah.
Mempunyai seorang putra bernama I Dewa Gede Tangkeban, sebab pada waktu
lahirnya tanpa sengaja ditutup kasur tempat duduk raja oleh Ki Arya Jambe Pule.
Pada saat terjadi pemberontakan Kyayi Anglurah Agung di Gelgel, Dalem
Dimade mengungsi ke Guliang. I Dewa Kanea Den Bancingah kembali ke Brasika
membawa keris Ki Lobar.
Taman Bali dikalahkan oleh Kyayi Anglurah Made dari Karangasem. Putra-putra
raja Taman Bali diungsikan, ke Gianyar oleh I Dewa Manggis, Kemudian I Dewa
Agung Gde diam di Taman Bali karena Taman Bali diserahkan oleh Kyayi Anglurah
Made Karangasem. I Dewa Agung Gde menyerahkan desa-desa: Cegeng, Tembaga,
Tohjiwa, Sangkan Aji, Margayu, Pamubugan, Sukahet, Lebu, kepada Anglurah Made
Karangasem, I Dewa Agung Gde berputra dua orang di Taman Bali, pria-wanita.
Yang pria bernama, I Dewa Agung Gde Taman Bali.
I Dewa Gde Taman Bali menggempur Taman Bali atas bantuan I Dewa Manggis,
Taman Bali dikuasai kembali. I Dewa Agung Gde mengungsi ke Puri Kanginan
(Klungkung)
I Dewa Manggis ingin melihat warna Ki Lobar. Tak diijinkan oleh Dalem.
Namun niatnya tak kunjung padam.
Lama kelamaan Dalem meminjamkan keris Ki Lobar. I Dewa Gede Tangkeban
menjadi salah paham, I Dewa Taman Bali dan I Dewa di Bangli menyarankan ajar
dipertahankan meskipun apa terjadi. Didukung oleh sanak keluarga dan rakyatnya.
I Dewa Agung Putra mendengar hal itu maka baginda minta bantuan ke Karangasem
dan Gianyar untuk menggempur Nyalian. Terjadi perang sengit, I Dewa Gede
Tangkeban minta bantuan Taman Bali dan Bangli, namun belum diberikan. Ternyata
I dewa Gede Tangkeban tetap mengadakan perlawanan bersama sanak keluarganya.
Banyak jatuh korban. I Dewa Gede Tangkeban tampil ke depan dengan menghunus Ki
Lobar, hingga musuh- musuhnya lari tunggang-langgang. Kemudian pasukan Dalem
maju lagi. I Dewa Gede Tangkeban tertembak, namun tidak gugur. Terpikir
olehnya, kekecewaan dirinya, sehingga timbul kemarahannya pada sanak
keluarganya di Bangli dan Taman Bali, beliau pun mengutuk agar selalu cekcok
sesama keluarganya. Lalu ujung Ki Lobar dipotongnya. I Dewa Gde Tangkeban gugur
dalam peperangan, Nyalian dikuasai oleh Klungkung.
I Dewa Gede Tangkeban meninggalkan seorang putra dilarikan ke Bangli oleh
ibunya. Kemudian diasuh sebaik baiknya oleh I Dewa Ayu Den Bancingah, seperti
putra kandung karena I Dewa Ayu Den Bancingah tidak berputra
selama bersuami istri dengan I Dewa Anon Rai.
I Dewa Anom Rai mempunyai seekor kuda bernama
Gandawesi dan mempunyai keahlian dapat melihat apa yang terjadi.
I Dewa Anom Rai kawin dengan seorang kasta sudra, sehingga I Dewa Den
Bancingah tidak diperhatikan lagi, timbul sakit hatinya dan menyidangkan
bawahannya. I Dewa Ayu Den Bancingah berkat bantuan seorang dukun Ida Waneng Pati
berhasil membunuh I Dewa Anom Rai di tempat tidurnya. Kemudian I Dewa Ayu Den
Bancingah menjadi Ratu. Keamanan pulih kembali.
Putra I Dewa Gede Tangkeban yang diasuh di Puri Bangli telah dewasa. Belum
beristri. Senang tari- tarian antara lain, gambuh, legong, mencari guru tari ke
Sukawati. Kesenangannya itu sama dengan kesenangan raja Taman Bali. Sering
saling sabot guru tari, timbul cekcok antara Bangli dan Taman Bali. Taman Bali
hendak menyerang Bangli, maka minta bantuan pada Dalem di Klungkung. Dalem tak
berkenan karena tak pernah cekcok dengan raja Bangli. I Dewa Taman Bali merasa
kecewa. Kemudian I Dewa Gede Raka Taman Bali mengumpulkan sanak saudara antara
lain; I Dewa Gede Mundung, I Dewa Pulesari, I Dewa Batan Wani, I Dewa Jelepung,
I Dewa Pindi, I Dewa Rendang, I Dewa Guliangan, I Dewa Pasalakan. Semua setuju
menggempur Bangli tetapi agar minta bantuan ke Gianyar. Hal itu disetujui oleh
I Dewa Taman. Bali, lalu minta bantuan kepada I Dewa Manggis dengan catatan
bila Bangli kalah agar dibagi dua. Pasukan Gianyar dipimpin oleh Cokorda Mas.
Bangli kalah dikuasai oleh Taman Bali dan Gianyar. Raja Bangli bersembunyi di
Kehen. Raja Taman Bali mengepung Kehen, dan raja Gianyar menunggu di Taman
Bali.
I Dewa Ayu Den Bancingah setelah memperoleh wahyu di Pura Kehen, hendak
berhadapan dengan I Dewa Taman Bali. Namun bersimpang jalan, perjalanannya
langsung ke selatan hingga ke Taman Bali, maka berhadapan dengan I Dewa
Manggis, pasukan I Dewa Manggis kalah, mereka kembali ke Gianyar.
I Dewa Taman Bali tiba di Kehen, tidak berjumpa dengan siapa pun juga.
Melihat asap mengepul di arah selatan. Disangka raja Gianyar berbuat buruk.
Segera beliau hendak menghadapi raja Gianyar. Tiba di Taman Bali, ternyata
sunyi-senyap. Dugaannya semula semakin tebal dan kuat
I Dewa Taman Bali menerima laporan dari Guliang, bahwasanya ada serangan
pasukan Klungkung. Pasukan Klungkung dihadapinya, pasukan Klungkung ketakutan,
sebab tujuannya bukan untuk berperang, melainkan Cokorda Dewagung Putra ingin
bertemu dengan I Dewa Manggis. Karena serbuan pasukan Taman Bali, maka baginda
kembali melalui jembatan darurat. Jembatan itu patah menimbulkan banyak korban,
Dewagung Putra wafat di Blahpane. Bhatara Dalem Sakti (ayah Dewata di Blahpane)
amat murka dan memerintahkan agar Gianyar dan Bangli menyerang Taman Bali,
Terjadi pertempuran sengit sasih ke 5, rah 9, tenggek 3, titi tanggal 13 Isaka
1809. Taman Bali kalah, dibumihanguskan oleh Bangli. Dan kekayaan Taman Bali
dibawa ke Bangli, Raja Bangli tetap I Dewa Ayu Den Bancingah.
Tema cerita:Terjadi peperangan antara Tama Bali,
Bangli, Gianyar, danNyalian.
Tokoh dan wataknya:
1.Sang pandita
wawu rauh: Baik, Penasehat
2.Bhatara
Subali
3.Ni Dewi
Njung Asti
4.Hyang Wisnu: Tak sabar
5.Hyang Aji
Rembat: Rajin, baik
6.Sang Hyang
Aji Jayarembat: Penolong
7.Sang Dukuh
Suladri
8.Ida Mas
Kuning
9.Ida
Tapadhana
10.Ida Nagapuspa
11.Bhtara Dalem Sekar Angsana: Tegas, penyayang
12.Ni Dewi Ayu Mas
13.Sang Gangga Tirta(Sang Anom): Mudah marah, melakukan
seenaknya
14.I Dewa Garba Jata:
Ingin tahu
15.Cokorda Den Bancingah
16.Kyayi Jambe Pule
17.I Dewa Kanea Den Bancingah
18.I Dewa Gede Tangkeban
19.Kyayi Anglurah Praupanelurkan
20.I Dewa Taman Bali:
Tegas, pekerja keras
Alur cerita :
Tersebut
seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara Subali di
Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit.
Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada-batu
padas hingga keluar air yang jernih mengalir. Saat air itu keluar muncul
seorang dewi, yang bernama Ni Dewi Njung Asti, setlah itu Hyang Wisnu
mengeluarkan air mani, dan Hyang Wisnu lekas kembali ke Wisnu Bhuana. Ni Dewi
Njung Asti meminum air tersebut, dan akhirnya ia hamil. Setahun kemudian,
lahirlah seorang anak yang di beri nama Sang Gangga Tirta, setelah anak itu
tumbuh dewasa ia mengenal seorang gadis yang bernama Dewi Ayu Mas, lama
kelamaan ia berhubungan hingga sang Dewi hamil. Ayah sang Dewi yaitu Dalem
Sekar Angsana amat marah, dan ia menyuruh anak buahnya untuk membunuh Sang
Ganga Tirta atau Sang Anom, namun anak buahnya itu tidak bisa membunuhnya, dari
sinilah awal peperangan, namum Dalem berubah pikiran, ia merestui anaknya
dengan Sang Anom, dan Dewi Ayu Mas beserta Sang Anom kembali ke Taman Bali.
Sang Anom meninggalkan istrinya untuk bertapa, ia menyuruh istrinya, jika
anaknya itu lahir, ia harus di beri nama I Dewa Garba Jata. Beberapa tahun
kemudian sang anak sudah dewasa, ia pun menjadi seorang raja Taman Bali.
Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya
Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh raja
Bangli, namun pesakitan itu tidak bisa membunuh raja Bangli tersebut, akhirnya
Sang Anom menyerang bangli, Sang Anom meminta bantuan kepada Gianyar, dan
peperangan pun terjadi. Selang hari Bangli kalah, Bangli pun membalasnya dengan
cara mengadu domba kerajaan Gianyar denga kerajaan Taman Bali, dan akhirnya
Gianyar membantu Bangli untuk melawan Taman Bali, beberapa hari kemudian perang
pun selesai, dan akhirnya kerajaan Taman Bali kalah. . Dan kekayaan Taman Bali
dibawa ke Bangli raja bangli yang bernama I Dewa Ayu Den Bancingah kembali
menduduki tahta kerajaan yang bernama KEHEN.
Latar :
cerita ini
terjadi di Tirta Harum, pada saat pagi, di kerjaan Taman Bali, Gelgl, Nyalian,
kerajaan bangle yaitu Kehen.
Sudut pandang :
Cerita ini
menggunakan sudut pandang pengamat serba tahu.
Amanat :
Jika kita menjadi seorang raja, jagalah sifat kita dengan
dermawan dan baik hati, jangan kita melakukan sesuatu dengan seenaknya, aplagi
dengan cara membunuh, seorang raja harus berjiwa pahlawan, dan menerima
kekalahan dengan baik. Dan kita tidak boleh mudah marah, dan berfikir terlebih
dahulu sebelum kita melakukan sesuatu.